Tafsir Tahlili QS. Ali Imran: 100-110
Oleh: Farid Muhlasol
بِاسْمِ اللّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
كَافِرِينَ
وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ
تُتْلَى عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ
فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Hai orang – orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari
orang –orang yang diberi al – Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu
menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. (
3:100 )
Bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat – ayat Allah
dibacakan kepada kamu? Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) allah,
maka sesungguhnya ia telah diberi
petunjuk kepada jalan yang lurus. (3:101)
Pada ayat ini ada term Utu Al-Kitab, Dalam buku Wawasan Al-Quran
Prof. Quraisy Syihab term Utu Al-Kitab di Al-Quran terulang delapan belas kali.
Selain istilah Utu Al-Kitab, Al-Quran juga menggunakan istilah Ahl Al-Kitab
yang terulang sebanyak tiga puluh kali dalam Al-Quran, Utu Nashiban Mina Al-Kitab tiga kali, Al-
Yahud delapan kali, Al-Ladzina Hadu
sepuluh kali, Bani Israil empat puluh kali, dan An-Nashara empat belas kali.
Dalam tafsir Al – Misbah Prof. Quraisy Syihab menjelaskan wahai
orang – orang yang beriman kepada Nabi Muhammad saw. Yang keimanannya belum
mencapai tingkat keimanan yang mantap, disini dijelaskan dua perbedaan antara
kemantapan orang yang beriman dan orang mukmin. Layaknya perbedaan orang yang
menyanyi dengan penyanyi. Oleh karena itu pada term nida’ wahai ini
menggunakan kalimat belum mencapai tingkat keimanan yang mantap disebabkan
masih diperdaya lawan – lawan mereka seperti Syas Ibn Qais niscaya mereka
akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir yang mantap kekufurannya
sesudah kamu beriman. Sungguh aneh! Bagaimana bisa kamu (sampai)
menjadi kafir, dalam satu waktu dan situasi apapun padahal ayat – ayat
Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul pun selalu membimbing / sunnahnya
berada di tengah – tengah kamu? Ayat 101 ini sama dengan firman Allah
surat al-Hadid ayat 8 sebagai berikut:
وَمَا
لَكُمْ لَا تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ لِتُؤْمِنُوا بِرَبِّكُمْ
وَقَدْ أَخَذَ مِيثَاقَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal
Rasul menyeruh kamu supaya beriman kepada Rabb-mu. Dan sesungguhnya dia telah
mengambil perjanjian-perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman.
Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) allah, maka
sesungguhnya ia telah diberi petunjuk
kepada jalan yang lurus (keimanan
yang mantap yang tidak ada lagi kesesatan sesudahnya.
Pada penutup ayat memberikan isyarat bahwa ketika rasulullah
meninggalkan mereka, jangan khawatir selama berpegang teguh dengan Al – Quran,
maka kesesatan tidak akan menyentuh mereka dan menjadi sebuah jaminan bagi
mereka yang ditinggal Rasulullah.
Dan dalam tafsir Ibn Katsir dijelaskan bahwa orang yang berpegang
teguh dengan kepada Allah dan tawakkal kepada-Nya merupakan sendi untuk
mendapatkan hidayah, bekal untuk menjahui kesesatan, sarana untuk menuju kepada
kebenaran dan jalan lurus mencapai tujuan.
Syas Ibn Qais merupakan seorang Yahudi yang mengorbankan kembali
perang antara dua kaum muslimin yaitu kelompok Aus dan Khazraj yang merupakan
sahabat anshor yang diceritakan dalam satu riwayat bahwa dua kubu ini saling
bertempur selama 120 tahun beturut – turut sebelum datangnya islam.
فريق yang dimaksud pada ayat diatas memiliki
dua makna, yakni disamping memiliki makna bahwa tidak semua Ahl al – Kitab
melakukan /menyetujui peristiwa tersebut juga memiliki makna memisah /memecah
belah disebabkan kelompok yang dimaksud mempunyai sifat selalu ingin memecah
belah.
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ (102)
‘’wahai orang – orang beriman, bertaqwalah kepada allah
sebenar – benar taqwa kepadanya: dan janganlah sekali – kali kamu mati
melainkan dalam keadaan berserah diri
( kepada allah)’’
Sebagai jaminan agar tidak terjadi lagi peristiwa antara kaum Aus
dan Khazraj, maka turunlah ayat Ali Imron 102 yang menyerukan untuk selalu
bertaqwa kepada allah dengan sebenar benar taqwa kepadanya dengan menjalankan /
mengikuti segalah perintahnya dan menjahui segala larangannya sampai batas
akhir kemampuan kita. Dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan berserah
diri (memeluk agama islam).
Sahabat Abdullah Ibn Abbas memahami term حق تقاته dengan selalu taat
kepada allah dan tidak sekali pun melakukan ma’siat, selalu dzikir ( mengingat
allah ) dan tidak sesaat pun lupa dan selalu bersyukur kepada allah dan tidak
melakukan ingkar. Melihat pemahaman sahabat Abdullah Ibn Abbas yang seolah –
olah orang beriman dituntut untuk selalu bertaqwa dan tidak berma’siat,
sedangkan manusia merupaka محل
الخطاء والنسيان (tempat melakukan salah dan lupa), oleh karena
itu pemahaman Abdullah Ibn Abbas dibatalkan sementara ulama’ / di naskh dengan
surat Al – Taghabun (64): 16 yang berbunyi فا
لتقوالله ماستطعتم ‘’Maka bertaqwalah kamu
kepada Allah menurut kemampuanmu (kesanggupanmu). Adapun Ali bin Abi Tholhah meriwayatkan dari Ibn Abbas
bahwa ayat اتقوالله حق تقاته tidak dinaskh, tetapi
yang dimaksud bertaqwa dengan sebenar-benarnya adalah berjihad dijalan-jalan
Allah sebenar-benar jihad dengan tidak merasa takut terhadap celaan orang-orang
yang suka mencela, berlaku adil meskipun terhadap diri sendiri, orang tua dan anak-anak
mereka.
Pada term ولا تموتن وانتم مسلمون ( janganlah kamu kamu mati melainkan dalam keadaan berserah diri
kepada allah ( memeluk agama islam), karena kematian / ajal tidak diketahui
kapan datang dan tibanya, oleh karena itu, jangan sekali - kali /sesaat pun
meninggalkan agama islam supaya disaat apapun ajal datang, kamu tetap istiqomah dalam memeluk ajaran
islam.
Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami
Waqi’dari Abdullah bin Amr ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ
اَحَبَّ اَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ, وَيُدْخَلَ الْجَنَّةَ, فَلْتُدْرِكْهُ
مَنِيّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْاَخِرِ، وَيَأْتِيْ اِلىَ
النَّاسِ مَا يُحِبُّ اَنْ يُؤْتَى الَيْهِ
Barang siapa yang ingin dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam Surga, maka jagalah supaya ketika kematiaannya tiba ia berada dalam
keadaan beriman kepada Allah dan Hari Akhir, serta mendatangi orang-orang
dengan cara yang ia inginkan ketika didatangi. (HR.
Ahmad)
Disamping itu Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Jabir r.a. bahwa ia
berkata aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, tiga malam sebelum beliau
wafat:
لَا
يَمُوْتُنَّ اَحَدُكُمْ اِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Janganlah diantara kalian meninggal dunia melainkan dia
dalam keadaan berhusnudzdzon (berbaik sangka) kepada Allah Azza wa Jalla. (di riwayatkan juga oleh Muslim melalui Al-‘Amasy)
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa
Rasulullah SAW bersabda:
اِنَّ
اللَّهَ قَالَ: اَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى، فَاِنْ ظَنَّ بِيْ خَيْرًا
فَلَهُ، فَاِنْ ظَنَّ بِيْ شَرًّا فَلَهُ.
Sesungguhnya Allah SWT berfirman: Aku menurut prasangka
hambaku kepadaku, jika ia berprasangka baik kepadaku, maka itulah apa yang
didapatinya, dan jika dia berprasangka buruk kepadaku, maka itu pulalah yang
akan didapatinya. (HR. Ahmad).
Dalam kitab Shahih Bukhori dan Shahih Muslim pokok hadits
ini juga dijelaskan melalui jalan lain dari Abu Hurairah r.a, ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda:
يَقُوْلُ
اللَّهُ اَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِ بِيْ
Allah SWT berfirman: Aku menurut prasangka hambaku
kepadaku.
وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
Dan berpegang tegulah kamu semua kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai,
بِحَبْلِ
اللَّه Ada yang berpendapat lafadz ini berarti ‘’kepada tali
Allah’’ yakni kepada janji Allah sebagaimana difirmankan dalam Surat Ali Imron
112: ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ
مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ ''Mereka diliputi
kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang teguh kepada tali
(agama) Allah, dan tali (perjanjian) dengan manusia.’’ Yakni dengan perjanjian dan perlindungan. Dan ada pula
yang berpendapat yang dimaksud dengan tali Allah adalah Alquran sebagaimana
yang disebutkan dalam hadits Marfu’ yang diriwayatkan al-Harits al-‘Awar dari
Ali tentang sifat Alquran:
هُوَ حَبْلُ اللّهِ الْمَتِيْنُ، وَصِرَاطُهُ الْمُسْتَقِيْمِ
‘’Al-Quran itu adalah tali Allah yang
paling kuat, dan jalan-Nya yang lurus.’’
Pada ayat ini ada term جميعا jami’an /semua dan term ولا تفرقوا wa la tafarraqu / janganlah bercerai berai. Disini menunjukkan kepada kaum muslimin menyeluruh
(kolektik) dan berbeda dengan ayat sebelumnya yang ditujukan kepada setiap
mu’min perorangan (individu).
وَاذْكُرُوا
نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ
فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ
فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan ingatlah ni’mat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa jahiliyah) bermusuh –
musuhan, maka Allah mengharmoniskan hati kamu, lalu menjadilah kamu, karena
ni’mat Allah, orang – orang yang bersaudara dan kamu telah berada ditepi jurang
api (neraka), lalu Allah menyelamatkan kamu darinya. Demikian Allah menjelaskan
ayat – ayat-Nya kepada kamu supaya kamu mendapat petunjuk.
Konteks ayat ini berkenaan dengan kaum Aus dan Khazraj
yang dulunya pada zaman jahiliyah sering melakukan pertikaian, permusuhan, dan
saling dendam yang disebabkan mereka saling membunuh. Oleh karena itu ketika
Allah SWT menurunkan Islam diantara mereka memeluknya kedua kaum ini menjadi
saling menyambung hubungan dan saling tolong menolong dalam kebaikan karena
Allah. Dan Allah juga berfirman dalam surat al-Anfal 62-53
هُوَ
الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ
أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ
اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Allah-lah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan
dengan orang-orang yang beriman dan yang
mempersatukan hati mereka (orang-orang beriman, walaupun kamu membelanjakan
semua kekayaan yang ada dibumi ini, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati
mereka,akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. sesungguhnya
Allah maha perkasa lagi maha bijaksana.(QS.Al-Anfal: 62-63).
Maksud dari pesan Berpegang tegulah adalah
upayakan diri kita untuk mengaitkan dengan yang lain dalam tuntunan Allah.
Misalnya ada salah seorang teman kamu melakukan kesalahan maka ingatkanlah,
bila tergelincir maka bantu dia agar bisa bangkit dengan tali agama Allah dan
janganlah bercerai berai. Cobalah kita merenung dengan ni;mat yang diberikan
Allah kepada kita yaitu Agama Islam yang dulunya pada masa jahiliyah bermusuh –
musuhan dan banyak mengalami peperangan dan sekarang kita tinggal merasakan
nitmat islam ini.
فَأَلَّفَ
بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا
حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ
آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
فالف
بين قلوبكم Fa allafa baina qulubikum / mempersatukan hati kamu. Disini menunjukkan bahwa betapa kuat
jalinan kasih sayang dan persatuan mereka, dikarenakan Allah tidak hanya mengharmoniskan
langkah – langkah mereka melainkan hati mereka yg diharmoniskan. Diibaratkan
kalau hati kita menyatu, maka segala sesuatu akan terasa ringan dipikul dan
apabila terjadi kesalahpahaman maka urusannya mudah diselesaikan. Jadi yang
terpenting hanyalah kesatuan hati umat dan bukan kesatuan organisasi umat.
Diriwayatkan dari Imam Bukhori, Imam Muslim, Tirmidzi, An Nasai dan
Abi Musa Al Asy’ary bahwa المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا (orang mukmin satu dengan yang lainnya
bagaikan suatu bangunan yang saling menguatkan).
وَلْتَكُنْ
مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون
Dan hendaklah diantara kamu segolongan umat yang mengajak kepada
kebajikan,menyuruh kepada yang ma’uf, dan mencegah dari yang munkar, merekalah
orang – orang yang beruntung
Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada orang beriman
mengajak orang lain kepada Al Khair (kebajikan), Makruf dan mencegah melakukan
munkar.
Lafadz منكم
dalam ayat ini memiliki dua makna yakni ada
ulama’ yang memahaminya dalam arti sebagian dan ada juga ulama’ yang
mengfungsikan dalam arti penjelasan. Ulama’ yang memahami dengan arti
sebagian bagi mereka mengandung dua macam perintah, perintah yang pertama
ditujukan bagi seluruh umat islam supaya membentuk dan menyiapakan satu
kelompok khusus yang ditugaskan melaksanakan dakwah, sedang perintah yang kedua
bagi kelompok khusus itu untuk melaksanakan dakwah kepada kabajikan dan makruf
serta mencegah kemunkaran. Adapun ulama’ yang memfungsikan lafadz منكم sebagai penjelasan bahwa
pelaksanaan dakwah dalam ayat ini merupakan perintah kepada setiap orang islam
sesuai dengan kemampuannya.
Selanjutnya ayat ini juga ada term يدعون yang berarti mengajak dan term يأمرون yang berarti
memerintahkan, Sayid Qutub mngemukakan dalam tafsirnya mengenai penggunaan
dalam dua kata yang berbeda menunjukkan keharusan dua kelompok yaitu kelompok
pertama bertugas mengajak dan kelompok kedua mempunyai tugas memerintah dan
melarang, dimana mengajak dikaitkan dengan Al Khoir, perintah dengan Al Makruf
dan melarang dengan almunkar.
Perbedaan antara al khoir dan makruf, dalam tafsir Ibnu Katsir
khoir Abu Ja’far al-Baqir berkata, bahwa Rasulullah SAW pernah membaca ayat وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ
أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ (Dan hendaklah diantara kamu segolongan umat yang mengajak kepada
kebajikan), lalu Rasulullah
SAW bersabda bahwa yang dinamakan الْخَيْرِ
adalah
اتباع القران و
سنتي (mengikuti AlQuran dan Sunnahku) sedangkan
Al makruf adalah sesuatu yang baik menurut pandangan masyarakat dan sejalan
dengan al khoir. Adapun Al munkar adalah sesuatu yang dinilai buruk oleh
pandangan masyarakat dan bertentangan dengan nilai-nilai ilahi.
Penjelasan ayat ini hendaknya ada sebagaian umat yang memegang
peran ini, meskipun bersifat individual sesuai
kemampuannya, bersadarkan keterangan dari Shohih Muslim yang diriwayatkan oleh
Abu Hurairah r.a ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ
رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيَّرْ بِيَدِهِ، فَاِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِلِسَانِهِ، فَاِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ اَضْعَفُ
الْاِيْمَانِ
Barang siapa melihat kemunkaran , maka hendaklah ia merubah dengan
tangannya, jika tidak mampu maka hendaklah merubah dengan lisannya, dan jika
tidak mampu juga maka hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan demikian
merupakan selemah-lemahnya iman.(HR. MUSLIM)
Dalam riwayat lain disebutkan:
وَلَيْسَ
ذَلِكَ مِنَ الْاِيْمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ
Dan setelah ketiganya (tangan, lisan , hati) itu, maka
tidak ada lagi iman meskipun sebesar biji sawi.
Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Hudzaifah bin al-Yaman,
bahswa Rasulullah SAW pernah bersabda:
وَالَّذِى
نَفْسِى بِيَدِهِ، لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ
اَوْلَيُوْشِكَنَّ اللّهُ اَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْ عِنْدِهِ، ثُمَّ
لَتَدْعُنَّهُ فَلَا يَسْتَجِيْبُ لَكُمْ
Demi jiwaku yang berada di tangannya,hendaklah kalian
menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran, atau Allah akan
menyegerakan penurunan adzab untuk
kalian dari sisi-Nya, lalu kalian berdo’a memohon kepada-Nya dan Dia tidak
mengabulkannya untuk kalian.
Dalam surat An Nahl juga disebutkan
ادْعُ
إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي
هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ
بِالْمُهْتَدِينَ
Ajaklah ke jalan tuhanmu dengan cara yang bijaksana, nasihat yang
menyentuh hati serta berdiskusilah dengan mereka dengan cara yang lebih baik
Pada ayat ini menjadi tanda petik yaitu term بِالَّتِي
هِيَ أَحْسَنُ dimana dalam kita berdakwah harus dengan cara yang lebih
baik dan bukan sekedar baik.
وَلا
تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ
وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Dan janganlah kamu menjadi serupa dengan orang-orang
yang berkelompok-kelompok dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas
kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.
Keterangan dalam ayat ini menyinggung mereka yang
berkelompok-kelompok dan berselisih layaknya orang-orang yahudi dan nashrani
serta mereka mendapatkan adzab yang pedih baik ketika di dunia dan akhirat,
berbeda dengan orang yang beriman dan bersatu yang dijelaskan pada ayat
102-103, mereka mendapat suatu
keberuntungan baik di dunia maupun diakhirat
Dalam tafsir Munir di jelaskan bahwa perbedaan yang membahayakan
yakni perbedaan tentang aqidah dan Ushuluddin, Adapun perbedaan dalam fuqoha’
itu malah diperbolehkan dan bagus.
يَوْمَ
تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ
أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ
Pada hari yang diwaktu itu ada muka yang putih
berserih, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam
muram mukanya (kepada mereka dikatakan): ‘’kenapa kamu kafir sesudah kamu
beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.’’
Keberuntungan /kenikmatan yang besar serta adzab yang
pedih yang dijelaskan pada ayat sebelumnya akan dialami pada hari kiamat. Pada
waktu itu ada wajah yang kelihatan putih berserih sebagai balasan ketika di
dunia berbuat kebaikan, dan ada juga wajah yang kelihatan hitam muram yang
merupakan dampak kedurhakaannya ketika di dunia. Dalam surat AlQiyamat 22-23
juga dijelaskan bahwa وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ
إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ (wajah-wajah orang mukmin berseri-seri ketika memandang tuhannya)
dan تَظُنُّ
أَنْ يُفْعَلَ بِهَا فَاقِرَة وَوُجُوهٌ
يَوْمَئِذٍ بَاسِرَة
(wajah-wajah orang kafir pada hari itu suram, mereka
yakin akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang sangat dahsyat). Serta dalam
surat A’basa di jelaskan pada hari itu wajah berseri seri tertawa dan
gembira ria ( ضَاحِكَةٌ مُسْتَبْشِرة وُجُوهٌ
يَوْمَئِذٍ مُسْفِرَة ) dan padi hari itu ada pula wajah-wajah yang tertutup
debu /suram, tertutup oleh kegelapan dan
ditimpa kehinaan dan kesusahanتَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ ) وَوُجُوهٌ
يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَة ).
Putih hitamnya wajah disini bukan di maknai putih dan
hitamnya warna kulit ketika di dunia melainkan sebuah kebembiraan dan
kesedihan, keceriaan dan kesusahan / kesengsaraan, oleh karena itu atas dasar
inilah Allah tidak membeda bedakan antara kaum /suku yang bersuku hitam dan
putih dan yang terpenting dimata seseorang hanyalah taqwanya
وَأَمَّا
الَّذِينَ ابْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِي رَحْمَةِ اللَّهِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Adapun orang-orang yang putih berserih mukanya, maka
mereka berada dalam rahmat Allah mereka kekal didalamnya.
Ada pemahaman sementara ulama’ mengenai kalimat رَحْمَةِ
اللَّهِ diartikan
dengan arti surga, dengan isyarat bahwa seseorang masuk surga bukan semata mata
hasil amal kebaikannya akan tetapi disebabkan rahmat Allah semata.
تِلْكَ
آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعَالَمِينَ
Itulah ayat-ayat Allah, kami membacakannya kepadamu
dengan haq, dan tidaklah Allah berkehendak menganiaya (siapa pun) diseluruh
alam.
وَلِلَّهِ
مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُور
Milik Allah-lah apa yang dilangit dan apa yang di bumi;
dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan.
كُنْتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا
لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahl Kitab beriman, tentulah itu baik bagi
mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-
orang yang fasiq.
Allah SWT memberitahukan bahwa umat Muhammad merupakan
sebaik-baik umat dibanding umat Nabi yang lain. Disini tidak disinggung apakah
umat Nabi yang terbaik itu umat zaman dahulu atau umat zaman sekarang? Nabi
Muhammad bersabda:
خَيْرُ أُمَّتِي الْقَرْنُ الَّذِينَ بُعِثْتُ فِيهِمْ ، ثُمَّ الَّذِينَ
يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
Sebaik-baik generasi
adalah generasiku, kemudian disusul dengan generasi berikutnya, lalu disusul
lagi dengan generasi berikutnya....’’ akan tetapi dilain waktu, beliau juga
bersabda: umatku bagaikan hujan tidak diketahui awalnya, pertengahannya,
atau akhirnya yang baik. Demikian penjelasan dalam tafsir al-Mishbah.
Banyak redaksi dalam hadits mengenai sebaik-baik umat
yang akan penulis paparkan sebagai berikut:
Imam Ahmad meriwayatkan dari Durrah binti Abu Lahab, ia
berkata: ada seseorang berdiri menghadap Nabi SAW, ketika itu beliau berada
dimimbar, lalu orang itu berkata:
يَا
رَسُوْلَ اللّهِ اَيُّ النَّاسِ خَيْرُ ؟ قَالَ: خَيْرُ النَّاسِ اَقْرَؤُهُمْ،
وَاَثْقَاهُمْ لِلّهِ، وَاَمَرَهُمْ بِالْمَعْرُوْفِ، وَاَنْهَهُمْ عَنِ
الْمُنْكَرِ، وَاَوْصَلُهُمْ لِرَّحِمِ
Ya Rasulallah, siapakah manusia terbaik itu? Beliau
bersabda: Manusia terbaik adalah yang paling hafal Al-Quran, paling bertaqwa
kepada Allah, paling giat menyeruh kepada yang ma’ruf, dan paling gencar
mencegah yang kemunkaran, dan paling rajin silaturrahmi diantara mereka
Dalam musnad Imam Ahmad, Jami’ al-Tirmidzi, Sunan Ibnu
Majah, Mustadrok al-Hakim, diriwayatkan dari Hakim bin Mu’awiyah bin Haidah,
dari ayahnya ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
اَنْتُمْ
تُوَفُّوْنَ سَبْعِيْنَ اُمَّةً، اَنْتُمْ خَيْرُهَا، وَاَنْتُمْ اَكْرَمُهَا
عَلَى اللّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Kalian dibanding dengan 70 (tujuh puluh) umat dan kalian
adalah sebaik-baik dan semulia-mulia bagi Allah SWT.
Hadits ini Masyhur dan dinyatakan Hasan oleh al-Tirmidzi.
Selanjutnuya dari Imam Ahmad dari Muhammad bin Ali
al-Hanafiyah bahwa ia pernah mendengar Ali bin Abi Tholib berkata, Rasulullah
SAW bersabda:
اُعْطِيْتُ
مَا لَمْ يُعْطَ اَحَدٌ مِنَ الْانْبِيَآءِ، فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللّهِ،
مَاهُوَ؟ (نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ، وَاُعْطِيْتُ مَفَا تِيْحَ الْاَرْضِ، وَ
سُمِّيْتُ اَحْمَدَ، وَ جُعِلَ التُّرَابُ لِى طَهُوْرًا، وَجُعِلَتْ اُمَّتِي
خَيْرَ الْاُمَمِ)
‘’Aku telah diberikan sesuatu yang tidak
diberikan kepada seorang Nabi pun,’’ lalu kami pun bertanya:apakah sesuatu itu
Ya Rasulallah ?Beliau SAW bersabda : aku
dimenangkan oleh ketakutan (musuh), aku diberi kunci-kunci bumi, diberikan
kepadaku nama Ahmad, dan dijadikan tanah ini suci bagiku, serta dijadikan
umatku ini sebagai umat yang terbaik.
لَيَدْخُلُنَّ
الْجَنَّةَ مِنْ اُمَّتِيْ سَبْعوْنَ اَلْفًا، لاَ حِسَابَ عَلَيْهِمْ وَلاَ
عَذَابَ، مَعَ كُلِّ اَلْفٍ سَبْعُوْنَ اَلْفاً
Akan masuk surga dari umatku tujuh puluh ribu orang tanpa hisab dan
adzab bagi mereka, setiap seribu orang disertai lagi tujuh puluh ribu orang.
لَيَدْخُلُنَّ
الْجَنَّةَ مِنْ اُمَّتِيْ سَبْعوْنَ اَلْفًا، اَوْسَبْعِ مِائَةِ اَلْفٍ، اَخِذٌ
بَعْضُهْمْ بِبَعْضٍ، حَتَّى يَدْخُلَ اَوَّلُهُمْ وَاَخِرُهُمْ الْجَنَّةِ، وُجُوْهُهُمْ
عَلَى صُوْرَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ
Akan masuk surga dari umatku tujuh puluh ribu orang atau tujuh
ratus ribu orang mereka saling bergandengan tangan sehingga yang pertama masuk
surga bersama yang terakhir. Wajah mereka seperti bulan pada malam bulan
pertama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar