Jumat, 05 Januari 2018

Tafsir Tahlili Ali Imran 100-110



Tafsir Tahlili QS. Ali Imran: 100-110
Oleh: Farid Muhlasol

بِاسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ
وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Hai orang – orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang –orang yang diberi al – Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. ( 3:100 )
Bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat – ayat Allah dibacakan kepada kamu? Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) allah, maka sesungguhnya  ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (3:101)
Pada ayat ini ada term Utu Al-Kitab, Dalam buku Wawasan Al-Quran Prof. Quraisy Syihab term Utu Al-Kitab di Al-Quran terulang delapan belas kali. Selain istilah Utu Al-Kitab, Al-Quran juga menggunakan istilah Ahl Al-Kitab yang terulang sebanyak tiga puluh kali dalam Al-Quran,  Utu Nashiban Mina Al-Kitab tiga kali, Al- Yahud delapan kali,  Al-Ladzina Hadu sepuluh kali, Bani Israil empat puluh kali, dan An-Nashara empat belas kali.

Dalam tafsir Al – Misbah Prof. Quraisy Syihab menjelaskan wahai orang – orang yang beriman kepada Nabi Muhammad saw. Yang keimanannya belum mencapai tingkat keimanan yang mantap, disini dijelaskan dua perbedaan antara kemantapan orang yang beriman dan orang mukmin. Layaknya perbedaan orang yang menyanyi dengan penyanyi. Oleh karena itu pada term nida’ wahai ini menggunakan kalimat belum mencapai tingkat keimanan yang mantap disebabkan masih diperdaya lawan – lawan mereka seperti Syas Ibn Qais niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir yang mantap kekufurannya sesudah kamu beriman. Sungguh aneh! Bagaimana bisa kamu (sampai) menjadi kafir, dalam satu waktu dan situasi apapun padahal ayat – ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul pun selalu membimbing / sunnahnya berada di tengah – tengah kamu? Ayat 101 ini sama dengan firman Allah surat al-Hadid ayat 8 sebagai berikut:
وَمَا لَكُمْ لَا تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ لِتُؤْمِنُوا بِرَبِّكُمْ وَقَدْ أَخَذَ مِيثَاقَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyeruh kamu supaya beriman kepada Rabb-mu. Dan sesungguhnya dia telah mengambil perjanjian-perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman.
Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) allah, maka sesungguhnya  ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus (keimanan yang mantap yang tidak ada lagi kesesatan sesudahnya.
Pada penutup ayat memberikan isyarat bahwa ketika rasulullah meninggalkan mereka, jangan khawatir selama berpegang teguh dengan Al – Quran, maka kesesatan tidak akan menyentuh mereka dan menjadi sebuah jaminan bagi mereka yang ditinggal Rasulullah.
Dan dalam tafsir Ibn Katsir dijelaskan bahwa orang yang berpegang teguh dengan kepada Allah dan tawakkal kepada-Nya merupakan sendi untuk mendapatkan hidayah, bekal untuk menjahui kesesatan, sarana untuk menuju kepada kebenaran dan jalan lurus mencapai tujuan.
Syas Ibn Qais merupakan seorang Yahudi yang mengorbankan kembali perang antara dua kaum muslimin yaitu kelompok Aus dan Khazraj yang merupakan sahabat anshor yang diceritakan dalam satu riwayat bahwa dua kubu ini saling bertempur selama 120 tahun beturut – turut sebelum datangnya islam.
فريق      yang dimaksud pada ayat diatas memiliki dua makna, yakni disamping memiliki makna bahwa tidak semua Ahl al – Kitab melakukan /menyetujui peristiwa tersebut juga memiliki makna memisah /memecah belah disebabkan kelompok yang dimaksud mempunyai sifat selalu ingin memecah belah.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (102)
‘’wahai orang – orang beriman, bertaqwalah kepada allah sebenar – benar taqwa kepadanya: dan janganlah sekali – kali kamu mati melainkan dalam keadaan berserah diri    ( kepada allah)’’
Sebagai jaminan agar tidak terjadi lagi peristiwa antara kaum Aus dan Khazraj, maka turunlah ayat Ali Imron 102 yang menyerukan untuk selalu bertaqwa kepada allah dengan sebenar benar taqwa kepadanya dengan menjalankan / mengikuti segalah perintahnya dan menjahui segala larangannya sampai batas akhir kemampuan kita. Dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan berserah diri (memeluk agama islam).
Sahabat Abdullah Ibn Abbas memahami term حق تقاته dengan selalu taat kepada allah dan tidak sekali pun melakukan ma’siat, selalu dzikir ( mengingat allah ) dan tidak sesaat pun lupa dan selalu bersyukur kepada allah dan tidak melakukan ingkar. Melihat pemahaman sahabat Abdullah Ibn Abbas yang seolah – olah orang beriman dituntut untuk selalu bertaqwa dan tidak berma’siat, sedangkan manusia merupaka محل الخطاء والنسيان  (tempat melakukan salah dan lupa), oleh karena itu pemahaman Abdullah Ibn Abbas dibatalkan sementara ulama’ / di naskh dengan surat Al – Taghabun (64): 16 yang berbunyi فا لتقوالله ماستطعتم ‘’Maka bertaqwalah kamu  kepada Allah menurut kemampuanmu (kesanggupanmu). Adapun Ali bin Abi Tholhah meriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa ayat اتقوالله حق تقاته tidak dinaskh, tetapi yang dimaksud bertaqwa dengan sebenar-benarnya adalah berjihad dijalan-jalan Allah sebenar-benar jihad dengan tidak merasa takut terhadap celaan orang-orang yang suka mencela, berlaku adil meskipun terhadap diri sendiri, orang tua dan anak-anak mereka.
Pada term ولا تموتن وانتم مسلمون ( janganlah kamu kamu mati melainkan dalam keadaan berserah diri kepada allah ( memeluk agama islam), karena kematian / ajal tidak diketahui kapan datang dan tibanya, oleh karena itu, jangan sekali - kali /sesaat pun meninggalkan agama islam supaya disaat apapun ajal datang,  kamu tetap istiqomah dalam memeluk ajaran islam.
Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Waqi’dari Abdullah bin Amr ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ اَحَبَّ اَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ, وَيُدْخَلَ الْجَنَّةَ, فَلْتُدْرِكْهُ مَنِيّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْاَخِرِ، وَيَأْتِيْ اِلىَ النَّاسِ مَا يُحِبُّ اَنْ يُؤْتَى الَيْهِ
Barang siapa yang ingin dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, maka jagalah supaya ketika kematiaannya tiba ia berada dalam keadaan beriman kepada Allah dan Hari Akhir, serta mendatangi orang-orang dengan cara yang ia inginkan ketika didatangi. (HR. Ahmad)
Disamping itu Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Jabir r.a. bahwa ia berkata aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, tiga malam sebelum beliau wafat:
لَا يَمُوْتُنَّ اَحَدُكُمْ اِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Janganlah diantara kalian meninggal dunia melainkan dia dalam keadaan berhusnudzdzon (berbaik sangka) kepada Allah Azza wa Jalla. (di riwayatkan juga oleh Muslim melalui Al-‘Amasy)

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda:
اِنَّ اللَّهَ قَالَ: اَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى، فَاِنْ ظَنَّ بِيْ خَيْرًا فَلَهُ، فَاِنْ ظَنَّ بِيْ شَرًّا فَلَهُ.
Sesungguhnya Allah SWT berfirman: Aku menurut prasangka hambaku kepadaku, jika ia berprasangka baik kepadaku, maka itulah apa yang didapatinya, dan jika dia berprasangka buruk kepadaku, maka itu pulalah yang akan didapatinya. (HR. Ahmad).
Dalam kitab Shahih Bukhori dan Shahih Muslim pokok hadits ini juga dijelaskan melalui jalan lain dari Abu Hurairah r.a, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
يَقُوْلُ اللَّهُ اَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِ بِيْ
Allah SWT berfirman: Aku menurut prasangka hambaku kepadaku.
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
Dan berpegang tegulah kamu semua kepada tali (agama) Allah, dan  janganlah kamu bercerai berai,
بِحَبْلِ اللَّه Ada yang berpendapat lafadz ini berarti ‘’kepada tali Allah’’ yakni kepada janji Allah sebagaimana difirmankan dalam Surat Ali Imron 112: ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ   ''Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang teguh kepada tali (agama) Allah, dan tali (perjanjian) dengan manusia.’’ Yakni dengan perjanjian dan perlindungan. Dan ada pula yang berpendapat yang dimaksud dengan tali Allah adalah Alquran sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Marfu’ yang diriwayatkan al-Harits al-‘Awar dari Ali tentang sifat Alquran:
هُوَ حَبْلُ اللّهِ الْمَتِيْنُ، وَصِرَاطُهُ الْمُسْتَقِيْمِ
‘’Al-Quran itu adalah tali Allah yang paling kuat, dan jalan-Nya yang lurus.’’
Pada ayat ini ada term جميعا jami’an /semua dan term ولا تفرقوا wa la tafarraqu / janganlah bercerai berai. Disini menunjukkan kepada kaum muslimin menyeluruh (kolektik) dan berbeda dengan ayat sebelumnya yang ditujukan kepada setiap mu’min perorangan (individu).

وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan ingatlah ni’mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu  (masa jahiliyah) bermusuh – musuhan, maka Allah mengharmoniskan hati kamu, lalu menjadilah kamu, karena ni’mat Allah, orang – orang yang bersaudara dan kamu telah berada ditepi jurang api (neraka), lalu Allah menyelamatkan kamu darinya. Demikian Allah menjelaskan ayat – ayat-Nya kepada kamu supaya kamu mendapat petunjuk.
Konteks ayat ini berkenaan dengan kaum Aus dan Khazraj yang dulunya pada zaman jahiliyah sering melakukan pertikaian, permusuhan, dan saling dendam yang disebabkan mereka saling membunuh. Oleh karena itu ketika Allah SWT menurunkan Islam diantara mereka memeluknya kedua kaum ini menjadi saling menyambung hubungan dan saling tolong menolong dalam kebaikan karena Allah. Dan Allah juga berfirman dalam surat al-Anfal 62-53
هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Allah-lah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan orang-orang yang  beriman dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang beriman, walaupun kamu membelanjakan semua kekayaan yang ada dibumi ini, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka,akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana.(QS.Al-Anfal: 62-63).
Maksud dari pesan Berpegang tegulah adalah upayakan diri kita untuk mengaitkan dengan yang lain dalam tuntunan Allah. Misalnya ada salah seorang teman kamu melakukan kesalahan maka ingatkanlah, bila tergelincir maka bantu dia agar bisa bangkit dengan tali agama Allah dan janganlah bercerai berai. Cobalah kita merenung dengan ni;mat yang diberikan Allah kepada kita yaitu Agama Islam yang dulunya pada masa jahiliyah bermusuh – musuhan dan banyak mengalami peperangan dan sekarang kita tinggal merasakan nitmat islam ini.
فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
فالف بين قلوبكم Fa allafa baina qulubikum / mempersatukan hati kamu. Disini menunjukkan bahwa betapa kuat jalinan kasih sayang dan persatuan mereka, dikarenakan Allah tidak hanya mengharmoniskan langkah – langkah mereka melainkan hati mereka yg diharmoniskan. Diibaratkan kalau hati kita menyatu, maka segala sesuatu akan terasa ringan dipikul dan apabila terjadi kesalahpahaman maka urusannya mudah diselesaikan. Jadi yang terpenting hanyalah kesatuan hati umat dan bukan kesatuan organisasi umat.
Diriwayatkan dari Imam Bukhori, Imam Muslim, Tirmidzi, An Nasai dan Abi Musa Al Asy’ary bahwa المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا  (orang mukmin satu dengan yang lainnya bagaikan suatu bangunan yang saling menguatkan).

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون
Dan hendaklah diantara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebajikan,menyuruh kepada yang ma’uf, dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang – orang yang beruntung
Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada orang beriman mengajak orang lain kepada Al Khair (kebajikan), Makruf dan mencegah melakukan munkar.
Lafadz منكم  dalam ayat ini memiliki dua makna yakni ada ulama’ yang memahaminya dalam arti sebagian dan ada juga ulama’ yang mengfungsikan dalam arti penjelasan. Ulama’ yang memahami dengan arti sebagian bagi mereka mengandung dua macam perintah, perintah yang pertama ditujukan bagi seluruh umat islam supaya membentuk dan menyiapakan satu kelompok khusus yang ditugaskan melaksanakan dakwah, sedang perintah yang kedua bagi kelompok khusus itu untuk melaksanakan dakwah kepada kabajikan dan makruf serta mencegah kemunkaran. Adapun ulama’ yang memfungsikan lafadz منكم sebagai penjelasan bahwa pelaksanaan dakwah dalam ayat ini merupakan perintah kepada setiap orang islam sesuai dengan kemampuannya.
Selanjutnya ayat ini juga ada term يدعون  yang berarti mengajak dan term يأمرون yang berarti memerintahkan, Sayid Qutub mngemukakan dalam tafsirnya mengenai penggunaan dalam dua kata yang berbeda menunjukkan keharusan dua kelompok yaitu kelompok pertama bertugas mengajak dan kelompok kedua mempunyai tugas memerintah dan melarang, dimana mengajak dikaitkan dengan Al Khoir, perintah dengan Al Makruf dan melarang dengan almunkar.
Perbedaan antara al khoir dan makruf, dalam tafsir Ibnu Katsir khoir Abu Ja’far al-Baqir berkata, bahwa Rasulullah SAW pernah membaca ayat وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ (Dan hendaklah diantara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebajikan), lalu Rasulullah SAW bersabda bahwa yang dinamakan الْخَيْرِ  adalah اتباع القران و سنتي   (mengikuti AlQuran dan Sunnahku) sedangkan Al makruf adalah sesuatu yang baik menurut pandangan masyarakat dan sejalan dengan al khoir. Adapun Al munkar adalah sesuatu yang dinilai buruk oleh pandangan masyarakat dan bertentangan dengan nilai-nilai ilahi.
Penjelasan ayat ini hendaknya ada sebagaian umat yang memegang peran ini,  meskipun bersifat individual sesuai kemampuannya, bersadarkan keterangan dari Shohih Muslim yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيَّرْ بِيَدِهِ، فَاِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَاِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ اَضْعَفُ الْاِيْمَانِ
Barang siapa melihat kemunkaran , maka hendaklah ia merubah dengan tangannya, jika tidak mampu maka hendaklah merubah dengan lisannya, dan jika tidak mampu juga maka hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan demikian merupakan selemah-lemahnya iman.(HR. MUSLIM)
Dalam riwayat lain disebutkan:
وَلَيْسَ ذَلِكَ مِنَ الْاِيْمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ
Dan setelah ketiganya (tangan, lisan , hati) itu, maka tidak ada lagi iman meskipun sebesar biji sawi.
Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Hudzaifah bin al-Yaman, bahswa Rasulullah SAW pernah bersabda:
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ، لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ اَوْلَيُوْشِكَنَّ اللّهُ اَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْ عِنْدِهِ، ثُمَّ لَتَدْعُنَّهُ فَلَا يَسْتَجِيْبُ لَكُمْ
Demi jiwaku yang berada di tangannya,hendaklah kalian menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran, atau Allah akan menyegerakan  penurunan adzab untuk kalian dari sisi-Nya, lalu kalian berdo’a memohon kepada-Nya dan Dia tidak mengabulkannya untuk kalian.
Dalam surat An Nahl juga disebutkan
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Ajaklah ke jalan tuhanmu dengan cara yang bijaksana, nasihat yang menyentuh hati serta berdiskusilah dengan mereka dengan cara yang lebih baik
Pada ayat ini menjadi tanda petik yaitu term بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ dimana dalam kita berdakwah harus dengan cara yang lebih baik dan bukan sekedar baik.
وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Dan janganlah kamu menjadi serupa dengan orang-orang yang berkelompok-kelompok dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.
Keterangan dalam ayat ini menyinggung mereka yang berkelompok-kelompok dan berselisih layaknya orang-orang yahudi dan nashrani serta mereka mendapatkan adzab yang pedih baik ketika di dunia dan akhirat, berbeda dengan orang yang beriman dan bersatu yang dijelaskan pada ayat 102-103, mereka  mendapat suatu keberuntungan baik di dunia maupun diakhirat
Dalam tafsir Munir di jelaskan bahwa perbedaan yang membahayakan yakni perbedaan tentang aqidah dan Ushuluddin, Adapun perbedaan dalam fuqoha’ itu malah diperbolehkan dan bagus.
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ
Pada hari yang diwaktu itu ada muka yang putih berserih, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): ‘’kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.’’
Keberuntungan /kenikmatan yang besar serta adzab yang pedih yang dijelaskan pada ayat sebelumnya akan dialami pada hari kiamat. Pada waktu itu ada wajah yang kelihatan putih berserih sebagai balasan ketika di dunia berbuat kebaikan, dan ada juga wajah yang kelihatan hitam muram yang merupakan dampak kedurhakaannya ketika di dunia. Dalam surat AlQiyamat 22-23 juga dijelaskan bahwa وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ     (wajah-wajah orang mukmin berseri-seri ketika memandang tuhannya) dan   تَظُنُّ أَنْ يُفْعَلَ بِهَا فَاقِرَة        وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ بَاسِرَة
(wajah-wajah orang kafir pada hari itu suram, mereka yakin akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang sangat dahsyat). Serta dalam surat A’basa di jelaskan  pada hari itu wajah berseri seri tertawa dan gembira ria   (  ضَاحِكَةٌ مُسْتَبْشِرة وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُسْفِرَة ) dan padi hari itu ada pula wajah-wajah yang tertutup debu /suram, tertutup  oleh kegelapan dan ditimpa kehinaan dan kesusahanتَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ )   وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَة  ).
Putih hitamnya wajah disini bukan di maknai putih dan hitamnya warna kulit ketika di dunia melainkan sebuah kebembiraan dan kesedihan, keceriaan dan kesusahan / kesengsaraan, oleh karena itu atas dasar inilah Allah tidak membeda bedakan antara kaum /suku yang bersuku hitam dan putih dan yang terpenting dimata seseorang hanyalah taqwanya
وَأَمَّا الَّذِينَ ابْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِي رَحْمَةِ اللَّهِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Adapun orang-orang yang putih berserih mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah mereka kekal didalamnya.
Ada pemahaman sementara ulama’ mengenai kalimat رَحْمَةِ اللَّهِ diartikan dengan arti surga, dengan isyarat bahwa seseorang masuk surga bukan semata mata hasil amal kebaikannya akan tetapi disebabkan rahmat Allah semata.
تِلْكَ آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعَالَمِينَ
Itulah ayat-ayat Allah, kami membacakannya kepadamu dengan haq, dan tidaklah Allah berkehendak menganiaya (siapa pun) diseluruh alam.
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُور
Milik Allah-lah apa yang dilangit dan apa yang di bumi; dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan.
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahl Kitab beriman, tentulah itu baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang- orang yang fasiq. 
Allah SWT memberitahukan bahwa umat Muhammad merupakan sebaik-baik umat dibanding umat Nabi yang lain. Disini tidak disinggung apakah umat Nabi yang terbaik itu umat zaman dahulu atau umat zaman sekarang? Nabi Muhammad bersabda:
خَيْرُ أُمَّتِي الْقَرْنُ الَّذِينَ بُعِثْتُ فِيهِمْ ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
 Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian disusul dengan generasi berikutnya, lalu disusul lagi dengan generasi berikutnya....’’ akan tetapi dilain waktu, beliau juga bersabda: umatku bagaikan hujan tidak diketahui awalnya, pertengahannya, atau akhirnya yang baik. Demikian penjelasan dalam tafsir al-Mishbah.
Banyak redaksi dalam hadits mengenai sebaik-baik umat yang akan penulis paparkan sebagai berikut:
Imam Ahmad meriwayatkan dari Durrah binti Abu Lahab, ia berkata: ada seseorang berdiri menghadap Nabi SAW, ketika itu beliau berada dimimbar, lalu orang itu berkata:
يَا رَسُوْلَ اللّهِ اَيُّ النَّاسِ خَيْرُ ؟ قَالَ: خَيْرُ النَّاسِ اَقْرَؤُهُمْ، وَاَثْقَاهُمْ لِلّهِ، وَاَمَرَهُمْ بِالْمَعْرُوْفِ، وَاَنْهَهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ، وَاَوْصَلُهُمْ لِرَّحِمِ
Ya Rasulallah, siapakah manusia terbaik itu? Beliau bersabda: Manusia terbaik adalah yang paling hafal Al-Quran, paling bertaqwa kepada Allah, paling giat menyeruh kepada yang ma’ruf, dan paling gencar mencegah yang kemunkaran, dan paling rajin silaturrahmi diantara mereka 
Dalam musnad Imam Ahmad, Jami’ al-Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah, Mustadrok al-Hakim, diriwayatkan dari Hakim bin Mu’awiyah bin Haidah, dari ayahnya ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
اَنْتُمْ تُوَفُّوْنَ سَبْعِيْنَ اُمَّةً، اَنْتُمْ خَيْرُهَا، وَاَنْتُمْ اَكْرَمُهَا عَلَى اللّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Kalian dibanding dengan 70 (tujuh puluh) umat dan kalian adalah sebaik-baik dan semulia-mulia bagi Allah SWT.
Hadits ini Masyhur dan dinyatakan Hasan oleh al-Tirmidzi.
Selanjutnuya dari Imam Ahmad dari Muhammad bin Ali al-Hanafiyah bahwa ia pernah mendengar Ali bin Abi Tholib berkata, Rasulullah SAW bersabda:
اُعْطِيْتُ مَا لَمْ يُعْطَ اَحَدٌ مِنَ الْانْبِيَآءِ، فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللّهِ، مَاهُوَ؟ (نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ، وَاُعْطِيْتُ مَفَا تِيْحَ الْاَرْضِ، وَ سُمِّيْتُ اَحْمَدَ، وَ جُعِلَ التُّرَابُ لِى طَهُوْرًا، وَجُعِلَتْ اُمَّتِي خَيْرَ الْاُمَمِ)
‘’Aku telah diberikan sesuatu yang tidak diberikan kepada seorang Nabi pun,’’ lalu kami pun bertanya:apakah sesuatu itu Ya Rasulallah ?Beliau SAW bersabda : aku dimenangkan oleh ketakutan (musuh), aku diberi kunci-kunci bumi, diberikan kepadaku nama Ahmad, dan dijadikan tanah ini suci bagiku, serta dijadikan umatku ini sebagai umat yang terbaik.
لَيَدْخُلُنَّ الْجَنَّةَ مِنْ اُمَّتِيْ سَبْعوْنَ اَلْفًا، لاَ حِسَابَ عَلَيْهِمْ وَلاَ عَذَابَ، مَعَ كُلِّ اَلْفٍ سَبْعُوْنَ اَلْفاً
Akan masuk surga dari umatku tujuh puluh ribu orang tanpa hisab dan adzab bagi mereka, setiap seribu orang disertai lagi tujuh puluh ribu orang.
لَيَدْخُلُنَّ الْجَنَّةَ مِنْ اُمَّتِيْ سَبْعوْنَ اَلْفًا، اَوْسَبْعِ مِائَةِ اَلْفٍ، اَخِذٌ بَعْضُهْمْ بِبَعْضٍ، حَتَّى يَدْخُلَ اَوَّلُهُمْ وَاَخِرُهُمْ الْجَنَّةِ، وُجُوْهُهُمْ عَلَى صُوْرَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ
Akan masuk surga dari umatku tujuh puluh ribu orang atau tujuh ratus ribu orang mereka saling bergandengan tangan sehingga yang pertama masuk surga bersama yang terakhir. Wajah mereka seperti bulan pada malam bulan pertama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bersama Para Guru